Kehadiran COVID-19 begitu mengubah kebiasaan baru pada masyarakat. Terdapat banyak pergeseran serta perubahan perilaku konsumen yang terjadi setelah munculnya pandemi. Mulai dari kebiasaan kecil pada kehidupan sehari-hari hingga kebiasaan yang mengubah gaya hidup. Dan juga menimbulkan beberapa perubahan pada perilaku konsumen, disebabkan karena terbatasnya mobilitas masyarakat untuk melakukan kegiatan yang biasa dilakukan sebelum pandemi.
Baca juga : Jenis-Jenis Plugin Ongkos Kirim Untuk Toko Online
Definisi Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen merupakan sebuah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Konsumen saat terjadi pandemi akan cenderung mengabaikan harga dan lebih memperhatikan nilai. Hal ini dapat diartikan ganda. Pertama adalah korelasi dengan teori permintaan dimana semakin sedikit barang maka semakin tinggi harga yang diberikan. Konsumen pun akan cenderung menanggalkan persepsi harganya. Contoh perubahan perilaku konsumen di masa pandemi, yaitu mass buying produk sanitasi dan suplai makanan yang ludes dalam beberapa jam. Kedua, konsumen sebisa mungkin menahan uangnya dan akan membeli barang yang dianggapnya memiliki nilai yang sangat penting. Misalnya orang akan cenderung menahan untuk mengkonsumsi produk komplementer seperti, paket liburan, handphone atau kebutuhan untuk hobi.
Perubahan Perilaku Konsumen yang Terjadi di Masa Pandemi
1. Konsumsi akan Lebih Berfokus pada Nilai
Saat ini, konsumen akan lebih berfokus pada produk-produk yang memiliki nilai bagi kehidupannya, dan cenderung mengenyampingkan ego atau hedonisme mereka. Produk-produk kebutuhan sanitasi, seperti tisu, sabun, atau pencuci barang akan menjadi barang yang mulai disasar oleh konsumen baik saat atau pasca-krisis. Produk kesehatan seperti makanan sehat, suplemen, atau minuman kaya gizi seperti jelly atau susu juga akan menjadi hal yang paling dicari konsumen. Nilai yang dianut konsumen bukan hanya nilai fisik, namun juga nilai-nilai intangible seperti pengetahuan. Terlebih orang-orang menyadari akan skill advancement pasca-krisis dimana persaingan kerja akan semakin ketat. Produk-produk seperti buku, kursus online, atau kelas singkat online juga menjadi peluang bisnis.
2. Konsumen Akan Membangun Kembali Awareness
Konsumen cenderung melupakan atau bahkan sudah tidak sadar akan keberadaan suatu brand. Konsumen cenderung bertanya mengenai “bagaimana krisis ini akan berakhir?” daripada “Apakah produk Merek ABC baik-baik saja?”. Sebagai pelaku bisnis, persiapkan atau bahkan tingkatkan brand awareness saat dan pasca-pandemi. Misalnya, menerapkan sistem loyalty konsumen, yang merupakan metode berbelanja dimana konsumen akan mendapatkan keuntungan tertentu ketika membeli sejumlah item yang ditentukan dalam periode tertentu. Loyalty konsumen perlahan-lahan dapat membangkitkan brand awareness. Sebagai pelaku bisnis juga dapat mengandalkan social responsibility untuk membangun simpati dan keterlibatan konsumen. Kegiatan yang dilakukan dapat seperti mengadakan amal secara mandiri/ kolaboratif. Dan dapat membangun kampanye pasca-pandemi, misalnya mempersiapkan fitur baru pada produk, resep dan menu baru pada menu makanan restoran, dan hal-hal lain yang dapat meningkatkan awareness konsumen pada brand.
3. Serba Online
Imbauan social distancing membuat hampir semua kegiatan dilakukan secara online mulai dari belanja kebutuhan hingga akses layanan seperti hiburan, kesehatan, dan olahraga. Berdasarkan riset, belanja online akan menjadi kebiasaan baru konsumen pasca pandemi dan diprediksi akan bertahan dalam jangka panjang. Kegiatan belanja online yang awalnya didominasi oleh generasi milenial kini juga diperkirakan akan menyebar ke generasi-generasi lainnya seperti generasi X dan boomer. Untuk bisnis yang lebih banyak melakukan penjualan offline, ini merupakan berita yang kurang baik. Namun, ini bisa menjadi peluang bagus untuk memperluas jangkauan konsumen. Pertahankan bisnis dan kembali meningkatkan penjualan dengan mengembangkan strategi digital serta meningkatkan kehadiran online, misal dengan memanfaatkan platform media sosial dan marketplace.
4. Bangkitnya Tren Group Buying
Pada awal tahun 2010-an, group buying sempat populer di seluruh negara tidak terlepas di Indonesia. Namun dipertengahan tahun 2010-an, tren ini seperti kertas yang terhempas angin. Tiba-tiba hilang di Indonesia. Namun di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, tren group buying atau pembelian kolektif masih bertahan hingga saat ini. Group buying sendiri adalah pembelian kolektif dari beberapa pembeli untuk mengaktifkan diskon. Karena kecenderungan orang sulit untuk mengeluarkan uang lebih saat pandemi, orang-orang akan bekerjasama untuk membeli barang tertentu untuk mendapatkan potongan harga.
5. Fokus pada Harga dan Kebutuhan
Dengan dampak Covid-19 pada perekonomian, daya beli masyarakat pun cenderung menurun. Konsumen lebih memprioritaskan harga dan kebutuhan pokok seperti makanan dan produk kebersihan saat membeli barang. Sementara kebutuhan-kebutuhan yang kurang esensial dikesampingkan. Pelaku bisnis bisa menyiasati hal ini dengan menawarkan promo, diskon, atau paket bundling untuk menarik konsumen agar tetap membeli produk yang dijual.
6. Lebih Sering Memasak
Terlalu sering membeli makan tentu akan membuat pengeluaran jadi lebih besar. Maka saat ini mulai muncul tren masak sendiri di rumah. Riset menunjukkan penjualan bahan pokok meningkat, begitu pula dengan peralatan masak. Orang-orang mulai mencari berbagsai resep sederhana dan kreatif untuk dicoba. Perilaku ini bisa menjadi peluang baru bagi pebisnis kuliner sebagai salah satu kategori bisnis yang paling terdampak, misalnya dengan menjual bahan baku, makanan beku (frozen) atau makanan ready to eat.
Baca juga : Elemen- Elemen Penting Dalam Menentukan Desain Website
7. Model Bisnis Berlangganan
Dengan segalanya beralih ke online, model bisnis berlangganan (subscription) memiliki potensi untuk berkembang. Karena belanja online akan dilakukan secara rutin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Orang yang tadinya belanja ke pasar sekarang jadi membeli sayuran secara online. Orang yang tadinya memesan lunch box sesekali saja karena bisa makan di luar, kini rutin memesan makanan setiap harinya. Frekuensi pemesanan yang meningkat membuat model bisnis berlangganan atau subscription bisa menjadi alternatif yang lebih hemat biaya dan efisien, khususnya bagi yang menjual produk kebutuhan sehari-hari. Tawarkan paket mingguan/ bulanan kepada konsumen. Keuntungannya, konsumen juga jadi tidak perlu repot-repot melakukan pemesanan setiap harinya.
8. Layanan Bebas Kontak
Konsumen tentu ingin merasa aman saat bertransaksi dan menerima pesanan, salah satunya dengan melakukan kontak sesedikit mungkin dengan orang lain. Maka, layanan dan pengiriman bebas kontak kini menjadi kenormalan baru. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menunjukkan kepedulian terhadap keamanan konsumen. Salah satunya dengan mengedukasi konsumen terkait cara menerima barang tanpa kontak langsung, misalnya dengan memberi pesan tambahan kepada kurir untuk menempatkan paket di depan pintu. Atau dengan membagikan lewat media sosial terkait langkah apa saja yang diambil untuk menjamin keamanan mereka, misalnya mewajibkan seluruh karyawan khususnya yang bertanggung jawab packaging untuk menggunakan sarung tangan.
9. Pembayaran Cashless
WHO menyebutkan uang tunai berpotensi menyebarkan Covid-19. Maka saat ini, banyak orang yang lebih memilih untuk melakukan pembayaran secara non-tunai atau cashless. Menurut BI, transaksi non-tunai meningkat selama masa pandemi. Untuk beradaptasi dengan tren ini, maka bisa menawarkan pilihan pembayaran cashless seperti melalui scan QR atau dompet digital. Dengan menyediakan pilihan pembayaran non-tunai, secara otomatis memberikan kemudahan bagi konsumen untuk bertransaksi dengan lebih praktis, aman, dan efisien.
10. Layanan yang Cepat dan Efisien
Karena konsumen kini banyak membeli kebutuhan sehari-hari secara online, permintaan akan pelayanan yang cepat dan efisien juga meningkat. Antisipasi hal ini dengan menawarkan pilihan durasi pengiriman barang yang lebih beragam. Misal jika sebelumnya hanya menjual barang secara pre-order, sekarang bisa menawarkan pembelian secara langsung dan menawarkan pengiriman on-demand atau same day delivery. Jika sebelumnya hanya berjualan lewat marketplace, maka bisa meningkatkan penjualan dengan menawarkan pemesanan secara langsung atau direct to consumer. Jadi, konsumen yang membutuhkan produk dengan cepat bisa menghubungi secara langsung dan mengakses produk dengan mudah.
Baca juga : Mengenal Pekerjaan Influencer Marketing
Perubahan Perilaku Konsumen Menurut Ahli
Marketing Expert Inventure Consulting, Youswohady memaparkan empat perubahan besar perilaku konsumen atau Megashift Consumer Behaviour yang terjadi selama pandemi Covid-19. Menurutnya perubahan perilaku konsumen adalah sebuah keniscayaan. Seiring dengan adanya gaya hidup, preferensi, prioritas, dan pola pengambilan keputusan pembelian konsumen yang sama sekali baru, dan akhirnya juga memaksa perusahaan melahirkan pola baru dalam memasarkan produk-produknya. Perubahan perilaku konsumen tersebut, yaitu:
-
Stay at Home Lifestyle
Sejak adanya pandemi, muncul gaya hidup baru di masyarakat, dimana mereka melakukan segala aktivitasnya dari rumah, mulai dari bekerja, belajar, sampai beribadah. Jadi, jika biasanya orang tua dan anak baru bertemu pada malam hari setelah menyelesaikan kegiatan masing-masing di luar rumah, di masa pandemi ini setiap saat orang tua dan anak bisa ketemu. Kebiasaan baru ini memunculkan dampak positif berupa semakin eratnya jalinan antaranggota keluarga. Setelah beradaptasi dengan stay at home lifestyle, antar anggota keluarga mulai membangun rasa kebersamaan.
-
Back to the Bottom of the Pyramid
Perubahan ini mengacu kepada piramida Maslow di mana kebutuhan konsumen bergeser dari “puncak piramida” yaitu aktualisasi diri ke “dasar piramida” yaitu kebutuhan fisiologis seperti makan dan kesehatan. Kebutuhan masyarakat saat ini kembali menjadi kebutuhan dasar, makan-minum, kesehatan menjadi penting sekali karena risiko kematian menjadi sangat tinggi. Dan kebutuhan terhadap koneksi internet semakin meningkat, karena tidak bisa melakukan kegiatan tanpa internet dari rumah. Salah satu tren yang akan tumbuh dari kebutuhan masyarakat terhadap kesehatan dan keselamatan adalah asuransi kesehatan dan asuransi jiwa karena kesehatan dan keselamatan menjadi prioritas penting di masa pandemi.
-
Go Virtual
Dengan adanya pandemi Covid-19, konsumen menghindari terjadinya kontak fisik dan beralih untuk melakukan berbagai aktivitas secara virtual/ online. Perubahan ini juga membuat belanja online menjadi salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan. Pembelian konsumen bergeser dari produk yang sifatnya keinginan ke produk yang sifatnya kebutuhan. Di masa pandemi, banyak pelaku usaha harus memutar otak untuk mengubah strategi bisnisnya. Terutama dalam hal melakukan pembelian, berbeda dengan keadaan sebelum pandemi, kegiatan pembelian masyarakat lebih aktif. Media sosial mengubah perilaku konsumen dalam berbelanja, konsumen sangat cenderung menggunakan aplikasi belanja online atau yang biasa disebut dengan e-commerce.
-
Budgeting
Pola Konsumsi di Masa Pandemi juga terjadi perubahan, salah satunya yaitu pengeluaran yang membengkak lebih besar dibandingkan pendapatan. Disebabkan oleh kondisi keuangan yang memburuk karena beberapa faktor, di antaranya pemotongan gaji, pendapatan usaha yang menurun, dan pemutusan hubungan kerja (PHK). Sedangkan di saat yang sama pengeluaran meningkat karena berbagai kebutuhan, seperti biaya kesehatan, kebutuhan kuota internet/ pulsa dan biaya listrik. Pandemi juga mengubah kebutuhan konsumen yang terkait dengan keuangan. Persoalan finansial menjadi salah satu isu utama yang dihadapi. Maka, prioritas utama konsumen di masa sulit ini yaitu melunasi tagihan atau utang. Kebutuhan konsumen selanjutnya terkait persoalan finansial adalah belajar mengelola keuangan, belajar cara berinvestasi, dan pengelolaan keuangan dalam jaringan.
Namun ternyata momen seperti saat ini tidak hanya membawa tantangan tetapi juga membuka banyak peluang baru. Beberapa perubahan tersebut antara lain gaya hidup bersih dan sehat, konsumen semakin teliti akan konsumsi dan pembelian yang mereka lakukan, serta gaya hidup yang serba digital. Perubahan perilaku konsumen saat ini terjadi karena adanya dorongan dari perubahan kondisi yang memaksa untuk beradaptasi dengan kondisi tersebut. Karena konsumen pun membutuhkan waktu untuk melakukan penyesuaian pada kebiasaan dan perilaku lama mereka. Dan saat ini konsumen mulai terbiasa untuk berbelanja atau melakukan aktivitas dengan kontak fisik yang minim dan melakukan protokol kesehatan di mana saja karena masih belum merasa aman sejak hadirnya pandemi COVID-19.
Baca juga : Strategi Menanggapi Customer Review
Jika Anda pebisnis yang menjual produk/jasa apapun dan ingin meningkatkan penjualan bisnis, maka Anda perlu memiliki situs website toko online untuk mempromosikan produk. Anda dapat membuat website toko online di Jasa Pembuatan Website Toko Online Profesional. Dengan bantuan dari jasa pembuatan website akan membatu anda untuk mewujudkan situs website yang di dambakan.
Terimakasih dan semoga bermanfaat… Salam sukses untuk kita semua ?